HarianMakassar.com, Makassar – Pokja IV TP PKK Kota Makassar menggelar Sosialisasi Keluarga Gagah Bencana di 15 Kecamatan Kota Makassar.
Gagah Bencana merupakan gerakan PKK dari tingkat pusat hingga desa dan kelurahan, untuk membentuk individu keluarga dan masyarakat yang tanggap dan tangguh terhadap berbagai bentuk bencana.
Sosialisasi dilangsungkan selama 5 hari berturut-turut di Lorong PKK Kota Makassar. Dalam sehari, Pokja IV melakukan sosialisasi di satu titik yang dapat menghimpun perwakilan warga atau ketua dasawisma dari tiga kecamatan terdekat.
Hari ini, Pokja IV kembali melakukan sosialisasi di tiga kecamatan diantaranya, Kecamatan Rappocini, Kecamatan Mamajang, dan Kecamatan Makassar. Giat ini sekaligus penutup dari kegiatan sosialisasi dari seluruh kecamatan.
“Kenapa sosialisasi di lorong, karena selama ini kita memberikan pembinaan selalu di ruang tertutup, sehingga inisiatif ibu Ketua TP PKK, kita langsung datangi masyarakat ke lorong. Ini kita lakukan lima hari, tiga kecamatan perhari,” jelas Koordinator Pokja IV Dokter Iriani saat membuka acara sosialisasi hari ini, Jumat (2/06/2023).
Adapun sosialisasi di lorong ini diikuti oleh pengurus Pokja IV TP PKK Kota Makassar dan seluruh Ketua Dasawisma dari kecamatan dan kelurahan.
Nurhayati Murdasa sebagai pengurus Pokja IV sekaligus pemateri menuturkan Ketua Dasawisma yang hadir diharapkan menjadi corong informasi yang akan menyampaikan hasil sosialisasi kepada masyarakat.
“Ketika kita telah selesai, kita bisa memberitahukan sosialisasi ini kepada masyarakat agar kita bisa tanggap terhadap bencana yang bisa terjadi tanpa kita ketahui. Jadi ini terdistribusi baik, semua bekerja dari kader kecamatan dan kelurahan,” tuturnya.
Lanjut, Nurhayati menuturkan pentingnya menjadi individu, keluarga ataupun masyarakat yang gagah bencana. Karena segala upaya meminimalisir dan mencegah bencana yang dilakukan oleh Pemerintah akan maksimal dengan bantuan masyarakat.
Ada beberapa langkah yang harus disiapkan untuk membentuk keluarga tangguh bencana, ujar Nurhayati, mulai dari pendidikan keluarga dan individu serta pemahaman masyarakat terhadap dalam menghadapi bencana.
“Bagaimana kita bisa meningkatkan derajat kesehatan di keluarga dan lingkungan kita, kita harus memahami konflik sosial, manajemen resiko bencana, manajemen kedaruratan, dan manajemen pemulihan,” jelasnya. (*)