Kalimantan, harianmakassar.com – Kamis, 31 Agustus 2023, PT Pelindo Solusi Logistik atau SPSL yang merupakan subholding PT Pelabuhan Indonesia (Persero) bersama anak-anak perusahaannya kembali menegaskan komitmennya dalam mendukung penurunan emisi karbon dan konservasi ekosistem pesisir secara berkelanjutan dengan melaksanakan rehabilitasi mangrove sebanyak 44.000 bibit di pesisir Desa Pasir, Kecamatan Mempawah Hilir, Kabupaten Mempawah.
Menyadari akan pentingnya menjaga ekosistem mangrove, SPSL Group berinisiasi untuk melaksanakan Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan atau TJSL di bidang lingkungan salah satunya melalui program rehabilitasi mangrove.
“Penanaman bibit mangrove hari ini bukan sekadar seremonial, melainkan sebagai representasi dari aksi nyata SPSL Group dalam mendukung program rehabilitasi kawasan mangrove sehingga dapat memberikan banyak dampak positif, salah satunya melindungi dari abrasi air laut, dan dapat menurunkan emisi karbon sebagai upaya dalam pemenuhan Sustainable Development Goals (SDGs),” ujar Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PT Pelindo Solusi Logistik Retno Soelistianti yang hadir pada acara penanaman mangrove ini (29/8).
Menurutnya, sasaran kegiatan rehabilitasi mangrove ini tidak hanya sebagai penyerap karbon, tapi juga sebagai pemulihan ekosistem, peningkatan kualitas habitat, penyuluhan dan partisipasi masyarakat, pengendalian erosi dan mitigasi bencana, peningkatan keanekaragaman hayati, dan memastikan kegiatan rehabilitasi mangrove diikuti dengan upaya pengelolaan berkelanjutan yang meliputi pengawasan, pemantauan kondisi hutan mangrove, dan pengembangan rencana tindakan jangka panjang untuk menjaga kelestariannya.
Turut hadir pada seremonial penanaman bibit mangrove Wakil Bupati Mempawah, H. Muhammad Pagi, S.H.I, M.M., Kepala Seksi Penguatan Kelembagaan DAS, Tri Wibowo, S.Sos, Kepala Bidang Rehabilitasi dan Pemberdayaan Masyarakat, Setiyo Haryani, S.Hut.M.Env., Kepala UPT KPH Mempawah, Usuludin. S.Hut., M.Hut., Direktur Keuangan dan SDM SPSL, Roy Leonard, General Manager Pelindo Regional 2 Pontianak, Hambar Wiyadi, Para Dosen Lab Terpadu Universitas Tanjungpura Pontianak, Direksi Anak Perusahaan SPSL dan rekan-rekan Mempawah Mangrove Conservation (MMC).
Wakil Bupati Mempawah, H. Muhammad Pagi, S.H.I, M.M. menyampaikan bahwa saat ini luas hutan mangrove yang ada di Kalimantan Barat seluas 176.454,63 Ha, kemudian untuk Kabupaten Mempawah memiliki hutan mangrove seluas 2928,89 Ha dengan garis pantai sepanjang 89 km. Di sisi lain di bagian utara saat ini tercatat seluas 483,57 Ha di Kecamatan Mempawah Hilir.
“Kami atas nama pemerintah Kabupaten Mempawah sangat menyambut baik kegiatan ini dan mengucapkan terima kasih kepada SPSL Group yang telah berkomitmen membantu Pemerintah melakukan rehabilitasi mangrove, dan kami berharap kegiatan rehabilitasi mangrove ini bukan hanya sekedar mengurangi abrasi tetapi juga dijadikan wisata yang dapat meningkatkan ekonomi masyarakat dengan pengelolaan yang baik,” ujar H. Muhammad Pagi.
Sejalan dengan itu, pemerintah Kabupaten Mempawah melalui Bidang Teknis Tata Ruang Bidang PUPR telah melakukan penetapan Rencana Detail Tata Ruang (RDTL) Kecamatan Mempawah Hilir termasuk pesisir Desa Pasir dijadikan koridor konservasi mangrove dan dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat.
Dalam Program Penanaman Mangrove ini, SPSL dan Anak Perusahaan yakni PT Multi Terminal Indonesia, PT Akses Pelabuhan Indonesia, PT Menara Maritim Indonesia, PT Prima Indonesia Logistik, dan PT Prima Pengembangan Kawasan berkolaborasi dengan Mempawah Mangrove Conservation (MMC) yang membawahi pegiat mangrove di wilayah Mempawah. Penanaman bibit mangrove berjenis rizhoporha stylosa (bakau jangkar) ini dilakukan dengan teknik Organic Coastal Defence (OCD) dengan luasan kurang lebih 8 hektar.
Ketua MMC, Raja Fajar menambahkan, Teknik OCD yang digunakan ini merupakan hybrid engineering yang dikembangkan oleh MMC bersama Lab Terpadu Universitas Tanjungpura Pontianak. OCD adalah bangunan struktur pengaman Pantai organik yang akan melindungi anakan mangrove dalam 2 (dua) tahun masa penanaman, dan meningkatkan keberhasilan penanaman mangrove serta akan berdampak kepada perluasan hutan mangrove di wilayah pesisir.
“Dengan menggunakan OCD, diperkirakan tingkat kehidupan mangrove mengalami peningkatan dan terbukti setelah dilakukan penelitian dan observasi semenjak tahun 2022 oleh kelompok MMC, OCD memberikan manfaat sesuai yang diharapkan. Tingkat keberhasilan mangrove yang hidup mencapai 80 sampai dengan 90 persen, lumpur di lokasi tanam menjadi solid dan cepat mengeras akibat terperangkap oleh struktur bangunan mud trap,” ujar Raja Fajar.
“Inisiatif ini mencerminkan komitmen kami dalam mendukung dan mewujudkan pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) atau tujuan pembangunan berkelanjutan, serta sebagai salah satu Upaya untuk menyikapi perubahan iklim, menjaga kelestarian ekosistem mangrove demi menjaga lingkungan, serta menyukseskan program pemulihan ekonomi nasional,” tutup Retno.